tanahindie | Anak Muda Menelusuri Relung Kota
16322
post-template-default,single,single-post,postid-16322,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-title-hidden,qode-content-sidebar-responsive,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12,vc_responsive

Anak Muda Menelusuri Relung Kota

Sebagai bagian pra event Makassar Biennale 2019, Tanahindie menggelar peluncuran dan diskusi buku Kota Diperam dalam Lontang/City Soaked in Drinking Stall pada 16.00 Wita, 23 Maret 2019 di Kampung Buku, Jalan Abdullah Daeng Sirua 192 E, Makassar.

Bincang dan kupas buku dwibahasa ini akan menghadirkan tiga pembicara: Anwar ‘Jimpe’ Rachman (penyunting Kota Diperam dalam Lontang), Tasrifin Tahara (doktor Antropologi Universitas Hasanuddin), dan Muhammad Ridha (dosen Sosiologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar). Merangkai dan membuka bincang buku ini, berlangsung pula pameran fotografi “Spasi”, karya-karya fotografi Aziziah Diah Aprilya pada hari yang sama.

Buku Kota Diperam dalam Lontang/City Soaked in Drinking Stall merupakan karya sekelompok anak muda di Makassar yang mengikuti pelatihan menulis dan meneliti tentang perkotaan “Anak Muda dan Kota” selama Januari-Juli 2018. Pelatihan meneliti itu menggunakan sejumlah alat dan metode, termasuk audio dan visual, dengan didampingi Tanahindie, komunitas seni yang menitikberatkan perhatian pada kajian urban.

Program ini dalam bentuk kelas lokakarya, dengan mendayagunakan “halaman rumah” sebagai lokus, tempat pertemuan lokakarya intens; sekaligus cara berpikir, memaknainya sebagai cara pandang vernakular.

Enam orang muda lolos dari seleksi. Mereka kebetulan dari kampus dan perguruan tinggi berbeda di Makassar. Mereka adalah [1] Wilda Yanti Salam, menulis kehidupan lontang, semacam bar tradisional, [2] Fakhiha Anugrah Prastica menulis kisah seorang anak berkebutuhan khusus, [3] Rahmawati mencari tahu pola bermain dan tumbuh kembangnya anak-anak di kota, [4] Hajra Yansa menceritakan urbanisasi kelompok masyarakat tertentu (Massenrempulu) ke Makassar, [5] Rusli menarasikan keluarga pemulung, [6] Achmad Teguh Saputro menulis beberapa keluarga yang bertani di wilayah perkotaan.

Dalam waktu yang bersamaan, proyek penelitian dan penulisan ini melebarkan dimensi dan kemungkinan pandangan anak muda dari segi lain, yakni audio dan visual yang dikerjakan oleh Andi Thezar Resandy (audio) dan Aziziah Diah Aprilya (fotografi).

Kisah-kisah yang mereka temui di lapangan dan masukan pada tiap tulisan kala bergiliran mempresentasikan subjek penelitian digodok selama berminggu-minggu dalam kelas partisipatif.

Hadirnya buku tersebut juga dimungkinkan berkat dukungan banyak pihak, antara lain Stichting Doen, Arts Collaboratory, Penerbit Ininnawa, dan Makassar Nol Kilometer DotCom, The Ribbing Studio, Yayasan Makassar Biennale, Kedai Geraderi, Perdik (Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan) yang membantu membaca dan mencermati naskah kisah seorang anak difabel.

Narahubung: Rafsanjani  (+62 853-9704-1494)

No Comments

Post A Comment