tanahindie | Kenal Komputer karena “Bocah Tua Nakal”
378
post-template-default,single,single-post,postid-378,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-title-hidden,qode-content-sidebar-responsive,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12,vc_responsive

Kenal Komputer karena “Bocah Tua Nakal”

Ilham Halimsyah adalah seorang blogger. Alumni Ilmu Pemerintahan Unhas ini juga seorang pegawai negeri sipil yang bertugas di Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Maros, kabupaten di utara Makassar, membagi catatan pengalamannya mengenal komputer pertama kali. 

Komputer bagi saya saat ini merupakan salah satu perangkat utama dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Betapa tidak, dengan perangkat elektronik ini, saya dapat menyelesaikan tugas dan fungsi kerja sebagai staf Humas Pemkab Maros, terutama dalam menulis rilis berita.

Beruntung, saya sudah mengenal komputer sejak sekitar tahun 1996, saat itu sebuah komputer berprosesor Intel 80286 atau populer disebut 286 menghuni sebuah kamar sederhana di Pondok Hasanuddin, kawasan Universitas Hasanuddin (Unhas) di Tamalanrea, Makassar. Komputer itu milik Ishaq Rahman, mahasiswa senior di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas. Kamar ini menjadi tempat berkumpul saya dan beberapa teman kuliah.

Prosesor Intel 80286 adalah sebuah mikroprosesor 16-bit yang dibuat oleh Intel Corporation menggunakan mikroarsitektur Intel x86. Kecepatan pemrosesannya hanya 6 MHz atau 8 MHz. Prosesor jenis ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1982 dan digunakan pada komputer IBM PC/AT.

Kami menyebut komputer itu “bocah tua nakal” karena tipenya terbilang kuno, juga kadang ngadat. Kuno karena saat itu sudah ada komputer berprosessor 386 bahkan 486. Meski tua, jasanya tak sedikit, paling tidak ia membantu kami mengerjakan tugas kuliah, menyelesaikan surat-menyurat organisasi kampus, menulis artikel, mengolah data, hingga sesekali menulis puisi.

Meski saya menggunakannya tak semahir Bang Icaq, sebutan kami untuk pemiliknya, namun saya pun kadang memakainya untuk bermain PacMan, game populer saat itu. Karena pengetahuan komputer saya saat itu masih pemula, maka saat menggunakan program pengolah kata Wordstar 4.0 (cikal bakal program Microsoft Word) dengan komputer ini, saya mesti dibekali dengan catatan berisi kode perintah khusus.

Kode perintah itu menggunakan titik, angka dan kata, semisal; .lm4 = left margin 4; .rm56 = right margin 56 dan seterusnya untuk mengatur posisi margin kiri dan margin kanan tata letak kalimat dalam halaman ketikan.
Selain itu, jenis media penyimpan data komputer ini masih sederhana, menggunakan Floppy Disk 5″ atau populer disebut disket. Sesuai namanya, disket ini berukuran fisik 5 inci persegi dengan daya tampung terbesar hanya 1,2 megabites (MB). Repotnya, jika disket ini lembab apalagi basah maka data tak dapat terbaca dan bisa saja hilang, juga rawan terlipat.

Berbekal pengetahuan dasar komputer yang saya dapat dari kamar Bang Icaq itu, sekitar tahun 1997-1998 saya mengikuti kursus di sebuah lembaga pendidikan komputer yang dikelola oleh Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesai (GKP-RI) Sulawesi Selatan (Sulsel). Namun kursus itu tak lama saya jalani, selain karena bosan menjalani materi kelas, aktifitas kemahasiswaan mulai padat, juga karena saya merasa lebih nyaman belajar bersama si “bocah tua nakal”.

Sekitar tahun 1998-1999, “bocah tua nakal” hijrah dari kamar Bang Icaq, kami pun mulai menggunakan komputer dengan operating system (OS) berbasis Windows, jika tak salah jenis Windows 98 atau Windows Millennium Edition (Me). Saat itu, rental komputer mulai marak di area pondokan mahasiswa ini. Dengan komputer berbasis windows ini, selain menggunakannya untuk menulis, kami juga menggunakannya bermain Age of Empires, serangkaian permainan strategi berlatar sejarah di Eropa, Afrika dan Asia yang dikembangkan oleh Ensemble Studios dan diterbitkan oleh Microsoft Studios. Saat memainkan games ini, kami kadang lupa waktu, dari pagi ke pagi lagi.

Dengan komputer ini pula, saya mulai bermain-main dengan program Microsoft FrontPage, program aplikasi editor HTML untuk membuat laman website atau webpage sederhana yang kemudian diuload ke internet melalui website GeoCities. Meski aktifitas “ngeblog” ini tak dilakukan di kamar Bang Icaq, namun rancang-bangunnya di buat di kamar itu. Baru setelah desain webpage selesai, filenya kemudian diuload ke GeoCities melalui warnet-warnet yang saat itu mulai tumbuh di kawasan Tamalanrea.

Saya juga mulai mengolah gambar dengan program Photoshop, perangkat lunak editor image buatan Adobe Systems yang dikhususkan untuk pengeditan foto/gambar dan pembuatan efek. Saat itu, saya menggunakan Photoshop versi 5 atau 5.5 untuk mendukung hobby fotografi yang sudah saya lakoni sejak tahun 1995.
Sekarang, berkat jasa si “bocah tua nakal”, beberapa kawan sekamar saya telah sukses menapaki karirnya, sebut saja Mattewakkan yang menjadi komisioner Komisi Informasi Propinsi Sulawesi Selatan, Arief Wicaksono yang menjadi peneliti dan staf pengajar salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar, Andi Zulfikar dan Adi Adnan yang memilih berwiraswasta di Jakarta. Bahkan sang pemilik kamar dan komputer, Bang Icaq, kini sedang melanjutkan studi doktoral di Jepang. (Ilham Halimsyah)

1Comment

Post A Comment