
20 Feb Obrolan Menulis di Kampung Buku
Ada hal lain yang menyenangkan dalam perjalanan ekspedisi Zamrud Khatulistiwa. Kita bertemu dengan banyak wartawan, mahasiswa, blogger, aktivis lingkungan, hingga komunitas film dan buku. Mulai dari Lampung, Padang, Aceh, Medan, Pontianak hingga Makassar. Mereka membantu perjalanan kami. Menyediakan tempat untuk menginap hingga memberi informasi soal pulau yang hendak kami liput.
Kami melakukan diskusi. Obrolan ringan sambil mengopi. Membicarakan soal perjalanan kami hingga bikin pelatihan menulis. Duduk santai di lantai dan membagikan materi fotokopian. Mereka tertarik dengan apa yang kami tulis dari setiap perjalanan Zamrud Khatulistiwa. Mereka juga kagum dengan foto perjalanan kami. Jum’at sore kemarin (19/2), koresponden wartawan Gatra, Eko Rusdianto mengajak kami untuk berbagi pengalaman soal menulis. Tempatnya di komunitas Kampung Buku, jalan Abdullah Daeng Sirua, Makassar. Pengampu komunitas ini Anwar Jimpe Racman. Lelaki berambut gondrong. Peserta diskusi sekitar 15 orang. Mereka anak muda. Mulai dari peneliti, mahasiswa, wartawan dan pembuat puisi.
Farid Gaban menjelaskan soal elemen-elemen menulis. Dan pengalamannya soal tehnik menulis. Diskusi mengasyikan. Banyak pertanyaan. Mereka sering kesulitan ketika hendak menulis. Bagaimana mengulek bahan-bahan dari lapangan. Sayang, waktu pelatihan tak banyak. Cuma dua jam. Biasanya, pelatihan menulis butuh waktu sekitar dua hari. Ini termasuk waktu untuk praktik menulis dan mendiskusikan setiap tulisan peserta.
Jimpe mengatakan suka dengan diskusi ini. Membantu untuk menyegarkan kembali soal tehnik menulis. Ia menjadi editor dan penterjemah beberapa buku.
Komunitas ini cukup hidup. Di teras halaman ada perpustakaan kecil. Ia juga menyulap ruang garasi menjadi warung internet.
Di sini, saya mendapatkan buku bermutu. Salahsatunya, buku Greg Amarell, Navigasi Bugis. Seorang antropolog dari Amerika yang meneliti soal pengetahuan nelayan Bugis di Pulau Balobaloang.
Jimpe bekerja di penerbit Ininnawa. Penerbit lokal yang khusus menerbitkan buku-buku soal Sulawesi.
Kami senang berdiskusi dengan anak muda ini. Ada semangat dan belajar kuat. Ada proses untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan. Juga sebuah ikatan persahabatan.
(Catatan ini digandakan pada 20 Februari 2010, dari facebook Ahmad Yunus beralamat http://www.facebook.com/notes/ahmad-yunus/obrolan-menulis-di-kampung-buku/314702911524).
Sorry, the comment form is closed at this time.