tanahindie | Perpustakaan Ramai karena Komputer
399
post-template-default,single,single-post,postid-399,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-title-hidden,qode-content-sidebar-responsive,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12,vc_responsive

Perpustakaan Ramai karena Komputer

Mahasiswa Jurusan Sejarah angkatan 2009, Ashabul Kahfi, membagi pengalaman dan pengamatannya ketika sekolahnya yang berada di kaki Gunung Panjang, Kabupaten Bantaeng, mempunyai komputer pertama kali.

Foto: Marco Kusumawijaya

Kata ‘komputer’ sudah tidak asing lagi di telingaku. Aku sering melihatnya di TV. Tapi aku baru pertama kali menyaksikannya langsung waktu kelas II MA tahun 2007. Itu pun 1 unit komputer saja. Maklumlah, fasilitas sekolahku tidak selengkap dengan sekolah negeri yang konon punya laboratorium komputer. Kaget rasanya waktu melihat komputer di sekolahku. Tidak pernah aku pikirkan kalau sekolahku juga punya komputer.

Aku sekolah di MA As’adiyah Pattiro di Desa Labbo, Kecamatan Tompobulu, sebuah desa kecil yang terletak di selatan Kabupaten Bantaeng, sekitar 20 km dari pusat kota Bantaeng, berada di kaki Gunung Panjang. Udaranya sejuk, lingkungannya bersih, dan mayoritas penduduknya adalah petani.  Jaraknya yang jauh dari pusat kota dan berada di kaki gunung sekolahku kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Bangunan sekolahku hampir roboh dan atapnya bocor saat hujan. Sekolahku serba kekurangan, mulai dari kekurangan tenaga pengajar sampai kekurangan buku.

Perpustakaannya jarang buka. Tetapi saat ada komputer perpustakaannya buka hampir tiap hari, bahkan hari Minggu pun buka. Komputer itu disimpan di ruang perpustakaan. Para siswa sibuk main komputer yang hanya sebuah. Mengenai komputer, saya akan menceritakan sedikit pengalamanku memakai komputer. Nah begini ceritanya.

Tidak terlalu mengesangkan buatku waktu melihat pertama kali. Bentuknya menyerupai televisi 14 inci dan saya sudah sering melihatnya. Tapi setelah guruku menjelaskan tentang komputer ternyata komputer yang menyerupai tv itu bisa melakukan banyak hal.

Belajar pertama kali menggunakan komputer itu adalah belajar mengetik. Kami mengetik nama. Kami mengubah ukuran font, mengganti ukuran, membuatnya menjadi huruf tebal, miring, dan bergaris bawah, serta diajar mengubah warna. Aku butuh waktu yang lama untuk mengetik namaku. Aku kesulitan mencari tiap huruf namaku di kibor. Saya tidak tahu menggunakan mouse. Tanganku begitu kaku menggerakkannya—bahkan kursornya juga aku kesusahan melihatnya.

Hal kedua yang aku pelajari adalah microsoft excel. Sampai sekarang aku tidak tahu cara menggunakannya. Tapi satu hal yang saya tau dari excel bahwa dalam hal jumlah-menjumlah kita tidak lagi repot menghitung menggunakan kalkulator karena excel bisa menjumlah sendiri. Kami juga diajarkan membuat tabel menggunakan microsoft word dan excel, memasukkan gambar dan mengaturnya.

Selama dua tahun belajar komputer di sekolah hanya itu yang diulang-ulang. Aku kaget ketika melihat guruku bermain game. Ternyata selain dipakai mengetik, komputer juga mempunyai fungsi lain yang tidak pernah dijelaskan di bangku sekolah, yakni bermain game, edit foto bahkan juga bisa dipakai cuci foto. Saat itulah mulai muncul rasa penasaran terhadap apa yang bisa dilakukan oleh benda yang mirip tv itu. Begitu banyak yang bisa kita lakukan dengan menggunakan komputer, bahkan bisa digunakan memutar MP3 yang setahuku pada waktu itu hanya bisa dilakukan menggunakan VCD atau DVD.

Setelah aku bertemu dengan benda bernama laptop, saya bertambah heran lagi karena ternyata begitu simpel bisa dilipat dan bisa dibawa ke mana saja. Dan ternyata laptop itu juga sejenis komputer. Dan lebih heran lagi ketika laptop dipakai menonton, tanpa chanel dan tanpa kaset. Ternyata film itu di-download di internet.

Bicara soal download dan internet, aku awalnya tidak tahu apa itu. Saya pertama kali berjumpa dengan dunia internet pada awal masa kuliahku di Universitas Hasanuddin. Ketika dosen memberi tugas untuk dicari di internet, saya berpikir keras. Di manakah saya bisa mendapat internet. Ternyata di kampus kita juga bisa berinternet. Tapi karena saya belum punya laptop, saya diantar oleh teman ke warnet. Warnet rupanya tempat di mana berjejer komputer dan terhubung dengan internet. Saya bingung harus berbuat apa karena pertama kali saya berinternet. Dan di sana pula saya tahu kalau ternyata komputer itu gunanya bukan hanya untuk mengetik, mengedit foto,mendengarkan musik, dan menonton film. Komputer ternyata mempunyai fungsi yang lebih besar dan lebih luas cakupannya, yaitu berinternet.

Internet menyediakan begitu banyak informasi, internet juga menyediakan banyak film, game, mp3, buku, dan software yang bisa didownload. Internet juga merupakan lahan ekonomi yang produktif yang banyak digeluti oleh pengguna internet, mulai dari tokoh buku online, jual software dan antivirus. Di sini juga saya mengetahui bahwa ternyata yang bisa terkena virus bukan cuma makhluk hidup, saja tetapi komputer dan yang sejenisnya juga bisa terjangkit. Bahkan ada berbagai jenis anti virus yang disediakan di internet. Begitulah kebingunganku di saat bertemu pertama dengan komputer.

(kahfi09@yahoo.co.id, mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Hasanuddin 2009)

No Comments

Post A Comment