tanahindie | Sekolah Pesisir Makassar dalam Dewi Bulan
337
post-template-default,single,single-post,postid-337,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-title-hidden,qode-content-sidebar-responsive,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12,vc_responsive

Sekolah Pesisir Makassar dalam Dewi Bulan

Purnama sudah berlalu ketika Dewi Bulan menembakkan layar Sabtu malam lalu. Berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, ini kali kedua Dewi Bulan berlangsung dalam sebulan. Sejak dimulai Maret 2011 program Gerobak Bioskop ini biasanya hanya diadakan sekali menjelang atau tepat ketika purnama menyelimuti bumi. Awal tahun, tepatnya 2 Januari kemarin, Dewi Bulan bekerjasama dengan Komunitas Pearl Jam Indonesia juga hadir membawa Pearl Jam 20, sebuah film dokumenter tentang perjalanan sebuah band besar bernama Pearl Jam.

Jika sebelumnya di November Ceria, Tanahindie selaku pelaksana mengundang banyak komunitas tuk berpartisipasi, maka Dewi Bulan Sabtu 14 Januari mengundang Sokola Pesisir Makassar untuk bergabung. Kehadiran Sokola kali ini adalah untuk berbagi cerita tentang masalah yang mereka hadapi saat ini.

Habibi, salah seorang sukarelawan Sokola Pesisir Makassar, dalam presentasinya memaparkan bahwa Saat ini Sokola Pesisir Mariso sedang berkemas untuk pindah dari tempat yang selama ini menjadi rumah belajar anak-anak dan remaja di kawasan kampung nelayan Mariso, Makassar. Pemilik tanah rumah belajar yang mereka tempati sejak Januari 2005 meminta mereka untuk segera pindah dibulan Mei 2012 ini. Kepindahan itu membutuhkan dana tak sedikit untuk melanjutkan kegiatan mereka.

Berbagai upaya penggalangan dana telah mulai dilakukan sejak November tahun lalu dimana hasilnya nanti akan digunakan untuk membeli tanah sendiri buat sekolah baru anak-anak pesisir Mariso dan keberlanjutan kegiatan belajar-mengajar mereka. Upaya itu antara lain; Berjualan kerajinan tangan berupa buku, foto, lukisan dan film. Info mengenai produk anak-anak Pesisir Mariso bisa menghubungi : Efi Sulfiani (081.355.505.895).

Sokola Pesisir juga berjualan pakaian layak pakai. Bagi teman-teman yang ingin menyumbangkan pakaian layak pakai Anda, yang nantinya akan dijual murah kepada masyarakat setempat. Hasil penjualannya akan ditabung untuk penggalangan dana sekolah mereka. Sumbangan pakaian layak pakai Anda bisa diberikan langsung ke Sokola Pesisir Mariso di Jl. Nuri Lorong 300, No 131, Makassar (a.n Habibi/Efi) atau Kampung Buku, Kompleks CV Dewi, Jl. Abdullah Daeng Sirua 192E, Makassar (a.n  Anwar Jimpe Rachman).

Upaya-upaya itu tentu membutuhkan dukungan kita semua mengingat dana yang dibutuhkan lumayan besar berkisar minimal 50 juta. Dana sebesar itu sudah harus terkumpul paling lambat Mei 2012 mengingat mereka sudah harus pindah pada Mei – Juni 2012. Cara-cara yang bisa ditempuh dalam membantu Sekolah Pesisir bisa dibaca di Banyak Cara Kita Bisa Membantu.

Dalam program Gerobak Bioskop Dewi Bulan itu hadir beberapa komunitas antara lain Ipul Dg. Gassing ketua Komunitas Anging Mammmiri, Erwin Saputra dari Rumah Ide Makassar, Bhezot dari Komunitas Android Makassar, Komunitas Merajut, Benny Wahyu dari Iradio Makassar dan penggiat Tanahindie selaku tuan rumah serta beberapa komunitas lain. Pada pertemuan malam itu komunitas-komunitas yang hadir sepakat menggalang kekuatan bersama untuk membantu keberlangsungan Sekolah Pesisir Makassar.

Semua komunitas sepakat untuk memanfaatkan jejaring sosial untuk menyebarkan informasi ini. Komunitas Anging Mammiri yang menghimpun 600-an blogger akan membuat postingan di blog-blog anggota tentang Sekolah Pesisir Makassar. Rumah Ide menawarkan pada sukarelawan Sekolah Pesisir agar mepresentasikan soal keberadaan dan permasalahan mereka pada acara yang akan digelar Rumah Ide Makassar pada 24 Januari nanti. Begitu pula dengan komunitas lain, menawarkan bantuan sebisa mereka.

Pertemuan malam itu juga menyepakati untuk memanfaatkan jejaring sosial yang ada semisal milis, twitter, dan facebook dalam penyebaran informasi. Kekuatan jejaring sosial sudah terbukti bisa membawa perubahan pada gerakan sosial seperti yang terlihat pada kasus Prita Mulyasari, Merapi, dan banyak lagi. Pemanfaatan jejaring sosial dalam pergerakan sosial ini tergambar dalam film dokumenter Linimas(s)a yang diputar setelah presentasi dan obrolan mengenai Sekolah Pesisir Makassar.

Setelah Linimas(s)a, Dewi Bulan kemudian memutarkan Ruma Maida, sebuah film yang berkisah tentang perjuangan Maida Manurung untuk tetap bisa melanjutkan keberlangsungan sekolah untuk anak-anak jalanan yang terancam karena gedung yang mereka tempati akan dihancurkan oleh seorang pengusaha.

Ada sedikit persinggungan yang hadir malam itu. Upaya-upaya komunitas-komunitas di Makassar juga memanfaatkan jejaring sosial seperti yang ada dalam film Linimas(s)a. Rumah Sekolah Pesisir Makassar pun adalah bagian dari Sekolah Rimba yang dirintis oleh Butet Manurung yang memiliki nama marga sama dengan tokoh utama Ruma Maida.

Kehadiran komunitas-komunitas dan kesediaan mereka mengulurkan tangan adalah sebuah bukti bahwa komunitas-komunitas yang ada di Makassar memiliki kekuatan yang besar yang bisa dimanfaatkan untuk hal-hal positif. [Mansyur Rahim]

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.