tanahindie | Yang Hilang Ditelan Kuasa
16599
page-template-default,page,page-id-16599,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-title-hidden,qode-content-sidebar-responsive,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12,vc_responsive

YANG HILANG DITELAN KUASA

 

Salah satu wilayah di Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir ini terangkat posisinya oleh saintek adalah pegunungan karst Maros-Pangkep. Tempat-tempat ini menjadi buah bibir di kalangan peneliti sejarah dan kebudayaan purbakala dunia.

 

Temuan arkeologis mutakhir ini menarik perhatian masyarakat seni dan budaya dunia menghadirkan desakan untuk menulis ulang sejarah seni dan perkembangan kognisi di Bumi. Berbarengan dengan penandasan kemampuan artistik Homo Neanderthal yang seni rupa purbanya ditemukan di Maltravieso, Spanyol, dan serentetan temuan mengejutkan di Turki dan sejumlah negara lain, penemuan karya kreatif masa silam yang jauh (deep time) di Indonesia, ini merangsang kita untuk membayangkan kebudayaan dan peradaban di masa depan.

 

Walaupun temuan arkeologis ini membuat heboh masyarakat ilmiah dan artistik dunia, tapi rentetan temuan itu belum juga membangkitkan tanggapan yang sama dari kalangan masyarakat Indonesia sendiri, khususnya para seniman dan budayawannya. Mungkin karena mereka selama ini terkungkung dalam sejenis Eurosentrisme yang meletakkan para seniman dan budayawan kita hanya di pinggiran, dan kemudian menerima keterpinggiran itu takdir yang tak mungkin berubah, sehingga ketika mereka diletakkan di tengah, mereka gagap dan tak siap mengolah kehormatan baru tersebut.

 

Catatan dan rekaman di dalam buku ini menjadi upaya Makassar Biennale – Tanahindie untuk terus membicarakan pentingnya pegunungan karts di Maros-Pangkep sebagai pintu masuk yang berkait pada begitu banyak perihal penting bagi kita semua.