tanahindie | 1997 ke 2012, dari PC ke Tablet
434
post-template-default,single,single-post,postid-434,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-title-hidden,qode-content-sidebar-responsive,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12,vc_responsive

1997 ke 2012, dari PC ke Tablet

Nunu, salah seorang blogger anggota Anging Mammiri, membagi pengalaman cerita tentang mengenal komputer pertama kali lewat majalah Bobo. Ia juga menceritakan perkembangan warnet di sekitaran rumahnya. Simak ceritanya!

Sumber gambar: http://lordgasa.blogspot.com

Komputer pada tahun 90-an masih asing bagiku. Pertama kali mengenalnya ketika membaca sebuah artikel tentang “Komputer” di majalah BOBO. Waktu itu usia saya masih duduk di kelas IV SD. “Wow, canggih sekali alat ini!” teriakku dalam hati, “saya bisa belajar Matematika dan pelajaran lainnya dengan menggunakan dengan menggunakan software komputer.”

Rasa takjub dan penasaran untuk melihat wujud aslinya bercampur baur di benakku. “Ibu, belikan saya alat ini,” saya menunjuk gambar komputer yang ada di artikel tersebut. “Komputer, itu mahal, Nak.” Saya sedikit kecewa dengan jawaban Ibu. “Kita harus memiliki ruang khusus untuk komputer tersebut dengan fasilitas AC,” katanya, “kita tak sanggup membelinya, Nak,” lanjut Ibu.

Yup, komputer pada masa itu memang merupakan barang mewah dan belum bisa terjangkau untuk ekonomi keluarga kami. Tahun 1997, saya mulai mengenal wujud asli komputer dan mengoperasikannya. Saya duduk di kelas 1 SMP kala itu. “Pelajaran Komputer” merupakan salah satu mata pelajaran ekstrakulikuler di SLTP YP PGRI Disamakan Makassar. Pelajaran komputernya cuma sekali seminggu dan dibagi dalam dua kelompok—masing-masing kelompok dapat jatah waktu 1 jam itupun tiap satu komputer ada dua orang siswa yang mengoperasikannya karena hanya terdapat 10 unit komputer di laboratorium tersebut. Komputer saat itu masih menggunakan processor Intel Pentium I. Saya ingat ruangannya full AC sehingga kami diharuskan membuka alas kaki ketika masuk ke ruangan tersebut. Karena aturan tersebut biasanya ada teman yang saling menjahili menyembunyikan salah satu pasang sepatu, sehingga pada waktu keluar dari ruangan kami jadi bingung mencari pasangannya. Hehehehe…

Sistem operasi yang dipakai kala itu masih MS-DOS (Disk Operating System) dengan latar hitam dan kaku banget. Saya masih ingat tema-tema pelajaran komputer ketika SMP. Di kelas I CAWU I (di masa saya masih pakai caturwulan) saya belajar tentang sistem operasi MS-DOS. Untuk mengoperasikannya kita harus menghafal perintah-perintahnya. Contoh:

Untuk membuat direktori / folder baru bernama LATIH, perintahnya MD [spasi] LATIH

Untuk mengganti direktori / folder, perintahnya CD [spasi] LATIH

Untuk menampilkan isi direktori, perintahnya DIR [spasi] LATIH

Dan masih banyak lagi perintah-perintah yang harus dihafalkan, ribet deh pokoknya. Di Cawu II dan Cawu III saya mulai belajar software aplikasi pengolah kata, bukan Microsoft Word loh! Tapi ‘adiknya’ yang bernama Word Star. Tidak seperti Word yang bisa menggunakan mouse untuk melakukan berbagai perintah pengeditan, karena software tersebut memakai sistem operasi MS-DOS, kita harus menghafal tombol-tombol keyboard yang ditekan untuk mengedit naskah kita. Contoh:

Untuk membuat file baru tekan F lalu S

Untuk menyimpan naskah tekan CTRL + KS

Untuk mengcopy file tekan CTRL + KO

Untuk menyimpan file-file yang telah dikerjakan menggunakan FLOPPY DISK alias DISKET dengan kapasitas penyimpanan hanya 1,44 MB (Mega Byte) ckckckkcck… kecil banget ya, sangat jauh berbeda dengan saat ini media penyimpanan bisa sampai Giga Byte (GB) bahkan Tera Byte (TB). CD, DVD, Flash Disk belum kami kenal pada masa itu.

Naik ke kelas II, saya mulai mempelajari software pengolah angka namanya LOTUS 123, hampir sama seperti MICROSOFT EXCEL tapi tetap saja kita harus menghafal tombol-tombol yang harus di tekan untuk melakukan pengeditan SPREADSHEET karena lagi-lagi komputernya masih berbasis sistem operasi MS-DOS.  Di kelas III, saya belajar pemprogaman database. Hebat ya, SMP sudah belajar pemprograman. Nama softwarenya DBASE III PLUS. Saya ingat pada waktu itu kita harus menghafal perintah-perintah untuk membuat data baru, menghapus data, mengcopy data, dan sebagainya.

Di SMP saya hanya mengenal satu sistem operasi yaitu MS-DOS, duduk di bangku SMU tepatnya SMUN 11 MAKASSAR saya baru mengenal yang namanya WINDOWS, WORD, dan EXCEL dengan tampilan yang lebih nyaman dipandang dan cara penggunaanya yang lebih efisien. Kelas I SMU (tahun 2000) saya sudah mengenal yang namanya internet. Di sekolah belum ada pelajaran tentang internet. Saya mendapatkan ilmu ini dari teman sekelas saya namanya Hamsinah alias Endang (hehehe… ga nyambung banget ya namanya). Pada tahun 2000, Warung Internet alias Warnet masih bisa di hitung jari di kota Makassar dan tarif per jamnya masih mahal kalau tidak salah kira-kira  Rp 6.000 s/d Rp 12.000.

Warnet pertama yang saya datangi terletak di jalan Sultan Alauddin – Depan MAN Model (saya lupa nama warnetnya). Hal pertama yang diajarkan teman saya yaitu Browsing di Internet, website pertama yang saya kunjungi adalah YAHOO karena saya ingin membuat EMAIL. Setelah itu dia mengajarkan saya chat di MIRC. Ternyata berinternet ria sangat menyenangkan, sejak saat itu saya ketagihan dengan internet. Tiap kali saya punya uang jajan lebih saya pasti ke warnet entah itu untuk browsing ataupun chatting.

Memasuki bangku kuliah saya makin familiar dengan komputer karena saya mengambil jurusan Manajemen Informatika di AMIK Profesional Makassar. Semester awal saya masih mempelajari program komputer berbasis MS-DOS yaitu pemprograman BASIC dan PASCAL, di semester-semester berikutnya saya berbagai Software dan Pemprograman antara lain Visual Fox Pro, Corel Draw, Pagemaker, Visual Basic, C++, SQL, PHP, Macromedia Flash dan masih banyak lagi yang lain.

Waktu memasuki bangku kuliah saya masih belum memiliki komputer pribadi alias PC di rumah apalagi yang namanya Laptop. Padahal untuk jurusan saya memiliki komputer adalah wajib adanya. Memaklumi keadaan ekonomi orang tua pada waktu itu membuat saya menyiasati keterbatasan tersebut. Caranya jika di Laboratorium ada komputer yang menganggur saya pakai saja walaupun bukan jadwal pratikum saya (terima kasih buat kakak-kakak asisten laboratorium yang berbaik hati mengizinkan) ataukah saya ke rumah teman yang sudah memiliki komputer dan numpang mengerjakan tugas.

Tahun 2005 (waktu itu saya semester 5), setelah Ayah  pensiun barulah saya dibelikan komputer dengan spesifikasi Intel Pentium 4, Memori 256 MB, Harddisk 40GB. Alhamdulillah setelah 12 tahun menunggu akhirnya terkabul juga keinginanku untuk memiliki komputer pribadi.

Perkembangan teknologi komputer yang begitu cepat baik hardware maupun softwarenya memaksa kita untuk terus mengetahui dan mengikuti perkembangannya. Mulai dari monitor yang dulu berbentuk tabung kini berupa layar LCD bahkan touch screen, media penyimpanan dari Floppy Disk ke Flash Disk, dari Processor Intel Pentium I kini berkembang menjadi Processor Intel Dual Core. Begitu juga dari sistem operasi yang digunakan selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Mulai dari MS-DOS, Windows 95, Windows 98, Windows ME, Windows 2000, Windows XP, dan Windows 7. Begitupun dengan software-software aplikasinya terus mengalami inovasi-inovasi baru sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat modern.

Makassar merupakan salah satu kota besar di Indonesia, warganya pun melek akan akan teknologi komputer dan informasi. Ini dibuktikan dengan sistem pendidikan yang ada di kota Makassar yang mengharuskan pelajaran tentang komputer wajib ada di sekolah-sekolah dari SD hingga Perguruan Tinggi (seperti pengalaman saya di atas). Selain pendidikan formal, banyak juga tempat kursus komputer yang didirikan di Makassar.  Pusat penjualan komputer dan toko-toko komputer sangat mudah ditemui di Makassar antara lain MTC Karebosi, Computer City, dan IT Trade Center (ITTC).  Hal ini membuktikan bahwa peluang pasar untuk penjualan komputer dan aksesorisnya sangat menggairahkan.

Ada satu hal fenomenal yang berkaitan dengan tekonogi komputer dan perkembangannya terjadi begitu cepat di kota Makassar, yaitu WARNET. Sebelum pertengahan tahun 2009 WARNET belum ada di dekat rumah saya (di Jl. Abu Bakar Lambogo alias ABLAM). Warnet terdekat hanya ada di Jalan Bulukunyi, Jalan Pettarani dan di Maccini (di depan jembatan penyeberangan Jalan Urip Sumoharjo). Pertengahan 2009 saya merantau ke Jakarta dan pada pertengahan 2010 saya kembali pulang ke Makassar. Betapa kagetnya saya “Wow! Warnet di Makassar menjamur!” Di daerah ABLAM saja sudah ada empat warnet yang telah dibuka. Pas di depan lorong saya lagi, hehehe… Tak perlu lagi capek-capek berjalan kaki jauh-jauh untuk berinternet ria dan tarifnya pun semakin murah Rp 2.000 s/d Rp 3000 per jam.

Menurut prediksi saya riwayat Warnet  akan berakhir sama dengan Wartel, awalnya menjamur tapi akhirnya akan tumbang satu per satu tergilas oleh perkembangan teknologi yang terus berinovasi. Buktinya sekarang banyak warnet yang gulung tikar.

Apa penyebabnya? [a] Karena menjamur, membuat peluang mendapatkan pengunjung terbagi ke beberapa warnet. Sehingga banyak warnet yang terlihat sepi cuma satu atau dua orang saja yang menggunakannya. Beda dengan dulu ke warnet kita harus antri karena warnetnya sering penuh; [b] Akses internet yang semakin mudah dan murah.  Munculnya teknologi wireless yang bisa di akses di mana saja, modem eksternal dan paket dan tarif internetan yang semakin murah; dan [c] Alat komunikasi yang semakin mobile, tidak perlu lagi ke warnet untuk membuka email dan facebook di Handphone pun bisa.

Komputer dan teknologi informasi dengan inovasi-inovasi barunya bukan hanya sebuah kebutuhan tapi juga trend. Dulu waktu zaman sekolah trendnya Komputer PC, tahun 2007-2010 trendnya Laptop dan Netbook, tahun 2010-hingga saat ini trennya  komputer tablet dengan layar sentuhnya. Entah lima atau sepuluh tahun ke depan wajah komputer dan teknologi informasi akan berkembang seperti apa ya? [Nunu]

No Comments

Post A Comment