tanahindie | DigiNet, Kenangan Yang Tak Terlupakan
509
post-template-default,single,single-post,postid-509,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-title-hidden,qode-content-sidebar-responsive,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12,vc_responsive

DigiNet, Kenangan Yang Tak Terlupakan

Windows dan Linux, komputer dan internet hingga Yngwie Malmsteen. Itulah kisah menarik dari Daeng Oprek, seorang blogger senior Makassar. Simaklah

 

sumber gambar: callingallgeeks.org

 

Nampak kaca riben hitam ada tulisan “DigiNet Internet Café”, dalam hati kecilku bertanya “Digi?, apa itu?, digi-git ular?, Net?, Netto?, dan ada pula internet, juga cafe? apa pula itu?,” kaum lugu bin dungu sepertiku saat itu memang tidak mengerti apa yang tertulils di kaca hitam pada sebuah ruko berlantai empat di jalan Sultan Alauddin depan Kampus IAIN Alauddin (UIN Makassar).

Lalu aku buka kamus mencari kata masing-masing, dan yang kudapat hanya dua kata “inter” dan “Net”, aku masih bingung, lalu teman-teman yang kesehariannya nongkrong di lorong gang saat aku bertanya ia pun berujar “Internet itu adalah indomitelur dan kornet”, tentu saja aku penasaran, dan jengkel terhadap mereka. Karena rasa penasaran terus saja mengusik, maka aku pun mendatangi ruko tersebut yang keseharian kulihat banyak orang keluar masuk.

Ternyata sebelum mendekati pintu masuk, aku pun tak segan-segan langsung bertanya pada orang yang baru saja keluar,
“Mas, di dalam ruko itu usaha apa?, internet itu apa?” ia hanya menjawab “komputer”.
“Ooo, komputer”, dalam pikiranku terbayang disket persegi empat panjang dan tipis. Terus komputer itu diapain?,

Pernah waktu semasa SMA dulu, ada pelajaran komputer, namun sungguh amat tidak menarik buatku. Pasalnya, aku hanya melihat tampilan hitam dengan huruf-huruf berwarna putih pada “televisi” saat itu yang belakangan baru aku sering sebut “monitor.” Lalu keyboard yang dulu aku kira adalah alat musik, ternyata dipakai untuk mengetik. Terakhir adalah CPU, juga membuatku bingung. Sering terjadi tindakan bolos khusus pelajaran komputer, karena aku sendiri tidak tahu maksud dari buku diktat yang diberikan, mengetik baris-baris perintah yang secara otoriter disuruh ketik “Ketik saja tidak usah banyak tanya” begitu kata si guru pada waktu itu, belum lagi wajib dihafal, dan wajar kalau saya tidak lulus.

Namun kali ini beda, di Ruko Alauddin yang bertuliskan DiGiNet internet Cafe saat masuk aku langsung terkagum-kagum dengan tampilan layar monitor yang berada di depan seorang laki-laki muda, rambutnya rapi, agak ramping meski hanya memakai kaos yang amat lusuh dan celana training olah raga, aku mengira lelaki itu akan mengikuti lomba olahraga di depan monitor atau jangan-jangan itu adalah jenis olah raga baru tapi ternyata salah, malah jari-jarinya begitu cepat menekan tuts-tuts keyboard, aku geleng-geleng kepala, ibarat orang yang main gitar mungkin ia bisa kusandingkan dengan gitaris legendaris Yngwie Malmsteen.

Dentuman-dentuman keyboard berbunyi khas, di layar monitor tampilan tulisannya agak berwarna meski layarnya agak hitam yang membuatku trauma dengan pelajaran komputer saat sekolah dulu.

Lelaki itu agak pendiam tanpa banyak kata dan sesekali tertawa, aku kira ia sudah tidak waras tertawa sendiri. Padahal dari pengamatanku aku salah kaprah, ia sedang berkomunikasi lewat tulisan. “Wah hebat juga ya, canggih benar” ucapku dalam hati, kemudian aku tidak berani mendekatinya khawatir nanti jari-jarinya melayang. Lalu ada seorang lelaki yang agak pendek dengan rambut agak ombak mendekati keriting, aku dekati dia karena nampaknya ia terlihat akrab, dan kami pun berkenalan, namanya Umbro, seperti merek kaos sepak bola saja, dan si Umbro-lah aku mengenal lelaki yang tadi, namanya Anbhar.

Dari kedua orang ini, merekalah yang memberikan informasi seputar komputer hingga berselancar di dunia maya. Malah boleh dibilang merekalah yang mengajarkan cara menggunakan komputer dan internet.

Semula mereka memperkenalkan apa itu browser, lalu beralih ke chating dengan tampilan seperti yang dimainkan oleh Anbhar, di atas ujung kiri bertuliskan MIRC, namun tetap saja aku tidak ngeh, karena soal tampilan, ternyata tampilan itu begitu penting, itulah mengapa dekstop berisi gambar-gambar yang enak dilihat tentu saja agar pengguna komputer menjadi betah.

Bukan hanya soal itu, tapi juga cara membuka casing, lalu melakukan perbaikan yang saat itu si Umbro sedang utak-atik, dan disitulah keseharianku bergaul bukan lagi di lorong-lorong menentang gitar sambil begadang lalu berteriak-teriak serasa rocker. Duniaku kini adalah komputer dan internet, banyak istilah-istilah baru yang sempat membuat kepala pening. Mulai dari troubleshouting, hardisk, RAM, maintenance, booting, download, trojan, java programing, visual basic, url, link, dan akhirnya ada istilah blog yang dulu kukira adalah blok timur dan blok barat yang lagi hangat-hangatnya diberitakan saat itu.

Yahoo Mesengger?, layanan inilah yang membuatku keranjingan chating, bahkan saat si Anbhar dan Umbro mengajarkan bagaimana masuk ke room maka disitulah aku belajar lagi bahasa Inggris, menyusuri semua yang aneh-aneh bagiku, bahkan ada dari Bangladesh, India, Filipina menjadi teman chat, namun tidak lama karena belakangan ia tahu kalau aku adalah laki-laki.

Kemudian paling sering kugunakan adalah mesin pencari Google, ini yang paling membuatku betah, karena banyak yang bisa kutelusuri lewat atau dimulai dari sini. Adapun blog yang pertama-tama adalah blog Indosiar yang tampilannya sangat amat sederhana. Tapi karena bisa diubah-ubah backgroundnya aku pun jadi tertarik. Apalagi saat menulis sebuah tulisan yang sederhana ada-ada saja yang berkomentar, aku jadi kegirangan “Horee ada yang koment” itulah kegembiraan pertama.

Dari blog itu aku kenal nama-nama seleblog bagiku seperti Om Bisot, Mbak Risa, Mhimi Nurhaeda yang ternyata rumahnya tidak jauh-jauh amat. Tapi karena internet dan blog kami pun saling kenal, lalu ada Mbak Nina seorang ibu dan editor handal, Oky Sastrawiguna dari Garut. Dari blog itu, tulisan pertamaku tentang cerita hukum akhirnya dibukukan juga, duhh…senangnya sampai-sampai meluk bantal gulingku yang sudah kusut.

Aktivitas komputer dan internet tidak berhenti disitu saja, banyak lagi hal, bahkan aku berani menerima orderan atau layanan perbaikan, instal-an meski bajakan, sebab dulu bajakan masih halal tapi sekarang tidak lagi dan wajib tahu tentang hak cipta. Juga menerima pengetikan dokumen dengan bermodalkan Microsoft Word versi jadul, OS 98. Kadang dari mahasiswa-mahasiswi kampus IAIN Alauddin datang berkelompok ikut belajar tentang internet meski bersifat dasar. Syukurlah, akhirnya aku dilibatkan sebagai asisten pengajar. Wuihh…jadi pengajar, *peluk Anbhar dan Umbro*

Lama berselang, aku sudah seperti keluarga di lingkungan warnet DIGINET. Ada seorang lelaki dengan senyum yang paling ramah sering kulihat pulang tengah malam, saat itu aku langsung menuju ke lantai paling atas. Aku bertanya pada Anbhar dan Umbro, siapa dia? Ternyata ia adalah pengajar paling profesional di beberapa kampus dan sekolah menengah atas terbaik di kota Makassar. Wow… aku penasaran, pasti jam terbangnya tinggi, dan ternyata benar, beliau-lah pertama kali mendirikan ISP atau Internet Service Provider di kota Makassar dengan nama INTERNUX. Beberapa warnet di Makassar adalah pelanggan setianya.

Dari beliau istilah Linux aku dapat, ia sering menganjurkan untuk belajar memakai Linux namun sayang aku tidak berbakat mendalaminya, jadi hanya tahu secara garis besarnya. Yang membuat aku menyerah belajar Linux adalah command-command atau perintah-perintah yang diketikkan di lingkungan yang bernama Console. Wuihh…Linux memang bukan barang mudah, tidak semudah Windows yang rawan viru. Linux belakangan kutahu ternyata sangat powerfull untuk masalah jaringan komputer.

Di lantai paling atas Ruko DigiNet adalah markas sang lelaki itu, ada beberapa komputer tua berwarna putih dengan jejeran kabel-kabel yang banyak. Kemudian casing besar yang menyala terus. Terlihat angker memang tapi ternyata itu semua tersangkut paut dengan komputer yang ada di lantai dasar. Kalau tidak salah mereka menyebutnya Server, lalu dihubungkan dengan konektor yang menjalar ke kotak yang bernama Hub yang lampunya berkedap-kedip hijau.

Majalah-majalah Linux ada di mana-mana dalam ruangan itu, baik di lantai atas maupun lantai bawah. Ternyata majalah itu bisa ada karena si pemilik warnet DIGINET adalah biang keladinya, dan belakangan aku tahu kalau beliau adalah ahli menggunakan LINUX operating System. Komunitas open source sering kudengar dari beliau, malah aku pernah diajaknya mengikuti seminar dan workshop tentang LSTP, untuk istilah ini aku belum terlalu paham jadi wajar saja aku hanya nganguk-nganguk pura-pura mengerti saat pembicara Pak Onno W. Purbo menjelaskannya di depan peserta yang banyak.

Irwin Day, itulah nama beliau. Aku sering memanggilnya Kak Wiwin. Ternyata ia juga mantan pemain band. Ohh…luar biasa. Namun kini ia mendedikasikan ilmunya yang mantap itu untuk internet yang bersih dan aman, alias menyaring situs-situs negatif serta berbagai hal yang tidak aman seperti spammer, suatu kegiatan yang lebih bermanfaat dengan Nawala-nya. http://nawala.org, ayo dukung Nawala.
.
Komputer dan internet bagiku adalah sejarah yang tak terlupakan. Suatu kenangan saat aku belajar dari sebuah warnet bernama DIGINET yang kini sudah tidak beroperasi lagi namun tak pernah hilang dari ingatanku. Di situlah awal mula aku mengenal komputer dan internet secara luas. Bahkan blog sekalipun, di sanalah aku sering bereksperimen, mengoprek apa yang bisa dioprek dan banyak hal lainya termasuk bagaimana berteman dengan orang-orang yang hebat ini. Termasuk Anbhar yang mengetik cepat, Umbro yang sering melakukan ujian agar aku bisa memecahkan masalah-masalah komputer bahkan pernah berangan-angan ingin menjadi hacker, tapi apa daya akhirnya ternyata bermain blog-lah yang aku bisa, meski menulis ini itu tentang apa saja yang terlintas dalam pikiran, bermain blog ternyata mengasyikan hingga saat ini, memberi warna tersendiri.

Blog era kini adalah media sharing yang sangat amat luas. Bahkan jika bahasa Inggris cakap, tak menutup kemungkinan untuk berkiprah di dunia internasional. Untuk sementara, blog secara nusantara atau dengan bangsa Indonesia sudah cukup sebagai kekuatan untuk mengalirkan energi positif. Sayang banyak blog yang aku buat menjadi mubasir karena lupa password *alasan*. :D.

Diginet, beserta crew-crewnya yang keren-keren, jasamu padaku amat banyak. Blog yang sering kumainkan, itu semua dari hasil belajar dari ruangan itu. Belum lagi koneksi yang kugunakan gratis, apalagi saat itu aku tidak mampu alias manusia kere. Terimakasih DIGINET. semoga crew-crewnya diberikan limpahan rahmat dan terimakasih pula pada mereka yang selama ini mau menjalin silaturahim baik secara online maupun offline.

You are my inspiration.,

[Daeng Oprek]

No Comments

Post A Comment