tanahindie | Menebar Paku di Jalanan Makassar
334
post-template-default,single,single-post,postid-334,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-title-hidden,qode-content-sidebar-responsive,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12,vc_responsive

Menebar Paku di Jalanan Makassar

Baliho 'Pakui' menampang di salah satu ruas jalan di Makassar. (foto: Daeng Gassing)

Makassar termasuk sial. Kota ini dianggap sebagai galeri memajang wajah para calon pemimpin bahkan jauh sebelum masa pilkada. Sayangnya, tidak semua pajangan wajah itu punya elemen visual menarik. Bahkan ada yang sangat norak.

Suatu hari kami kedatangan tamu sahabat blogger dari Kalimantan. Ketika mendaratkan kakinya di Makassar, dia menceritakan keheranannya melihat kota ini disesaki baliho yang penuh wajah menebarkan senyum.

“Menjelang pilkadakah?” tanyanya.

Ketika saya jawab tidak, dia tentu makin heran. Belum menjelang pilkada saja kota ini sudah penuh dengan baliho, bagaimana kalau menjelang pilkada ya? Mungkin itu yang ada dalam pikirannya.

Dengan berat hati saya memang mau bilang kalau Makassar sekarang ini terasa sangat sesak oleh ragam baliho penuh wajah-wajah sok kenal dan sok ramah. Mereka adalah orang-orang yang mengintip peluang untuk maju menjadi pemimpin. Tahun 2013 Sulawesi Selatan akan menggelar pilkada gubernur. Setelah itu akan digelar pilkada walikota Makassar. Masih setahun lebih, tapi keramaiannya sudah mulai dari sekarang.

Sayangnya, tidak semua pameran wajah itu enak dipandang. Beberapa waktu belakangan ini ada sebuah baliho yang mengundang perhatian dari banyak warga Makassar. Salah satu alasan kenapa menarik perhatian adalah karena jargon dan desainnya. Jargonnya terdengar aneh dan desainnya terkesan norak. Baliho itu baliho PAKUI, merujuk pada jargon utama usungannya.

Akronim 'Pakui' dari dekat. (foto: Daeng Gassing)

Pakui, dalam bahasa Indonesia logat Makassar berarti ‘memaku’. Dalam baliho itu, PAKUI adalah akronim dari lima kata, yang anehnya, merupakan kata gabungan dari bahasa Inggris dan Indonesia. Prayer, Attitude, Komitmen, Ulet dan Inspirasi. Bagaimana? Anda sudah menemukan kelucuan?

Baliho ini dibuat oleh pendukung Bahar Ngitung, seorang anggota DPD RI utusan Sulawesi Selatan. Tujuannya, selain memperkenalkan diri, juga untuk memberi dukungan kepada Syahrul Yasin Limpo, gubernur incumbent yang sebentar lagi akan maju ke pertarungan SulSel1 tahun 2013 nanti.

Salah satu ciri khas Bahar Ngitung ini adalah akronim yang digunakannya, yakni OBAMA singkatan dari ‘Om Bahar Mantap’. Saya tahu Anda mulai geli. Tapi tahan dulu karena kegelian anda mungkin masih akan berlanjut. Obama yang satu ini memang memanfaatkan momen pemilihan presiden AS waktu itu. Dengan akronim Obama yang dipaksakan dia juga mengusung jargon HOPE, persis seperti Obama yang asli. Bahkan waktu itu beberapa materi kampanyenya juga menjiplak materi kampanye Obama yang kini presiden Amerika Serikat itu.

Tapi lupakan soal itu. Kita kembali ke PAKUI yang fenomenal ini. Coba anda lihat desain keseluruhannya. Sebagai orang yang berkecimpung di dunia desain saya langsung bisa merasa kalau baliho ini membingungkan. Tidak ada satu gambar atau elemen yang menjadi point of interest (POI). Semua terkesan berlomba menjadi pusat perhatian.

Baliho ini dibuka dengan foto Syahrul Yasin Limpo, gubernur incumbent yang sedang meretas jalan untuk kembali menjadi gubernur di pilkada nanti. Foto SYL di sebelah kiri dan di sebelah kanan tulisan pujian berbunyi, “Pemimpin yang berhasil membawa Sul-Sel terbaik di Indonesia”. Tolong jangan tanya saya terbaik dari segi apa karena saya sendiri tidak tahu dan belum pernah menemukan fakta soal itu.

Berikutnya ada gambar sang Obama Makassar yang sedang memaku menggunakan pakaian adat. Gambar ini muncul dalam berbagai varian. Selain berpakaian adat, sang Obama juga muncul dengan kaos dan kemeja. Gambar ini sebenarnya bisa menjadi POI. Sayangnya karena di belakang sang Obama ada sebatang paku super besar yang terlihat mengintimidasi sehingga kesannya jadi menumpuk.

Kemudian di bagian bawah ada tulisan PAKUI yang jadi jargon utama baliho tersebut. Bagian paling bawah ada tulisan “DON’T STOP KOMANDAN … !!!”  Ini adalah jargon lain dari sang gubernur incumbent. Jelas sudah kalau Om Bahar yang mantap ini mendukung Syahrul Yasin Limpo untuk maju kembali menjadi gubernur. Tapi rupanya om Bahar kita ini masih kurang percaya diri hanya dengan sekadar menuliskan jargon khas tuannya. Dia merasa perlu untuk menuliskan inisial sang pujaan di bagian bawah.

Setelah itu baliho ini ditutup dengan gambar berbatang-batang paku yang berserakan di bagian bawah. Lengkap sudah!

Saya jadi bertanya-tanya, pesan apa yang ingin disampaikan sang Obama ini? Pesan kalau dia jago memancangkan paku? Pesan kalau dia senang menebar paku? Atau mungkin ada pesan tersembunyi yang hanya bisa dipecahkan a la Da Vinci Code? Kalau dia ingin memamerkan 5 hal yang jadi kepanjangan dari PAKUI (Prayer, Attitude, Komitmen, Ulet dan Inspirasi) maka saya harus bilang kalau dia tidak berhasil. Lagipula, apa sih maksud dari kelima kata itu? Siapa yang dimaksud? Sang Obama atau sang tuan yang mau maju jadi gubernur lagi?

Yah, dengan berat hati untuk Anda yang tidak berada di Makassar, saya peringatkan kalau ke Makassar sekarang ini maka berhati-hatilah dengan paku yang bertebaran di sepanjang jalan Makassar. Paku yang bukan membuat ban kendaraan anda bocor tapi mungkin membuat kening Anda berkerut. Syukur-syukur kalau anda bisa tersenyum geli.[ Syaifullah Daeng Gassing]

2 Comments
  • tuteh
    Posted at 03:54h, 06 Januari Balas

    Wkwkwkwkwk :p saya bukan saja tersenyum geli, bang, tapi nguakak 😀 lucu aja gitu. Iya, baliho2 dengan singkatan2 nama dan jargon yang aneh2 itu memang marak bukan saja di sana tapi juga di sini (di mana hayo) 😀

  • Armin Hari
    Posted at 07:59h, 08 Januari Balas

    Satu hal yang mungkin luput, bagi orang-orang di Tanah Papua, istilah PAKUI itu sangat tidak pantas untuk ditampilkan di publik. Ungkapan tersebut, jika diucapkan di Tanah Papua, maksudnya akan mengarah pada hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Biasanya pula, kata PAKUI itu dipakai oleh laki-laki.

    Jika ini dibaca oleh orang-orang Papua, dan kebetulan adalah perempuan, kira-kira apa di benak mereka?

    Mohon dibenarkan jika keliru.
    😀

Post A Comment