21 Mei Nandar dan Nova – Saya dan Komputer Pertamaku
MUNAJAT EKA DARMA atau Nandar, sosok naga Night Fury di dunia maya. Alumni Arsitektur Unhas ini berbagi cerita perkenalan awalnya dengan komputer. Kisahnya memuat beragam pesan, mulai dari menyadari bahwa informasi memanglah jendela dunia, dan buku adalah kunci pengetahuan. Menarik, ikutilah!
Berbicara mengenai perkenalan awal di dunia komputer, rasanya seperti mengenang kembali masa-masa sekitar 18 tahun lalu di mana saya mulai mengenal komputer. Sekitar tahun 1994, bisa dibilang sejarah awal perkenalan saya dengan komputer. Itupun dimulai dari dendam positif karena ketidaktahuan saya tentang komputer dan bagaimana mengoperasikannya.
Sebelum lanjut, jangan salah sangka dulu. Nova itu bukan nama seorang wanita, akan tetapi merek dari komputer pertama yang saya kenal.
Awalnya bermula ketika saya masih kelas dua di SMA Negeri 1 Makassar, saat itu para siswa diminta untuk memasukkan tugas karya ilmiah dan dikumpul dalam bentuk laporan yang telah diketik komputer. Komputer pada saat itu masih seperti barang mewah dan hanya segelintir orang yang memilikinya. Mungkin sama dengan ketika perangkat telepon genggam (handphone) pertama kali diluncurkan. Hal tersebut dimanfaatkan oleh beberapa teman saya yang kebetulan telah lebih dahulu memiliki komputer menawarkan jasa pengetikan laporan tersebut. Karena tugas tersebut pula, akhirnya muncul olok-olokan teman-teman (salah satu teman saya tersebut adalah sahabat saya yang kebetulan tinggal sekompleks) yang mengatakan kalau saya itu tidak tahu apa-apa, bahkan sampai mengoperasikan komputer pun saya tidak tahu. Sungguh suatu tamparan besar ketika mengetahui hal tersebut. SAKIT HATI !!! Seperti lagu dari band beraliran ska, Tipe X dengan judul yang sama – Sakit Hati.
Dari olok-olokan tersebut sampai muncul niat yang besar untuk mempelajari bagaimana sebenarnya mengoperasikan komputer dan akhirnya menjadi suatu dendam positif. Dalam hati saya berkata, suatu saat nanti sahabat saya tersebut akan mengakui kalau saya juga bisa mengoperasikan komputer. Alhamdulillah beberapa tahun kemudian ketika saya kuliah dan kebetulan kami sama-sama sekampus di Fakultas Teknik – Universitas Hasanuddin, sahabat saya tersebut akhirnya juga mengakui kalau memang saya juga bisa mengoperasikan komputer.
Kembali ke zaman awal saya mengenal komputer, pada saat itu, Atta – panggilan untuk ayah saya – telah memiliki satu unit Personal Computer (PC) merek Nova. Saya masih ingat komputer tersebut dibeli di toko alat elektronik, namanya Toko Hertz di jalan Gunung Bulusaraung. Penjualan komputer memang pada saat itu masih bergabung dengan penjualan alat-alat elektronik, tidak seperti sekarang yang telah memiliki pusat penjualan tersendiri. Komputer Atta tersebut sudah berbasis Processor Intel i486DX, Monitor TVM 14″, Sound Card Soundblaster 16 compatible card dengan Sistem Operasi Windows 3.1. Penyimpanan data dengan HDD (Hard Disk Drive) dengan kapasitas (kalau tidak salah ingat) 40 MB.
Yah benar… empat-puluh-mega-bytes. Itupun sudah jumlah yang sangat besar. Memang kalau dibandingkan dengan ukuran kapasitas hard disk sekarang yang sudah sampai pada hitungan TB (Terra Bytes) sungguh-sangat-jauh berbeda. Sedangkan untuk mobile data storage masih dilakukan di Floppy Disc Drive 5,25″ (Kapasitas 720 kb) dan 3,5″ (Kapasitas 1,44 MB). Sering disebut Disket Besar untuk FDD 5 ¼” dan Disket Kecil untuk FDD 3½”. Bisa dibayangkan berapa banyak jumlah disket yang dibutuhkan untuk meng install komputer pada saat itu. Masih teringat dalam memori saya ketika itu aplikasi pengolah kata (word processor) yang terkenal adalah WordStar yang belum memiliki GUI (Graphical User Interface) dengan tampilan layar berwarna biru, dan Lotus 1-2-3 untuk aplikasi pengolah angka (spreadsheet). Alhamdulillah, dengan spesifikasi komputer seperti itu sudah sangat memadai, dibandingkan dengan komputer yang ada dikantor ayah yang masih menggunakan disket untuk booting nya.
Walaupun di rumah telah ada komputer, akan tetapi komputer tersebut masih dianggap seperti barang yang sakral. Sekali waktu, saya pernah merasa sangat takjub ketika salah seorang staff ayah saya datang ke rumah dan mendemonstrasikan penggunaan komputer tersebut. Ayah saya pada saat itu sementara dalam tahap penyusunan disertasi untuk Program Doktor di Fakultas Hukum – Universitas Hasanuddin. Staff ayah saya tersebut terlihat begitu mahir dalam menggunakan komputer hingga menjalankan aplikasi WordStar dan Lotus 1-2-3.
Seperti yang saya ceritakan di awal tadi, karena olok-olokan teman akhirnya muncul rasa keingintahuan yang besar. “Bagaimana sih komputer itu?” Secara kebetulan keinginan saya ini bersambut. Saya mendapatkan free course untuk aplikasi WordStar sebagai bonus untuk pembelian komputer ayah. Tidak cukup sampai di situ, keingintahuan saya semakin besar. Masa’ komputer hanya digunakan tidak lain hanya sebagai pengganti mesin tik manual.
Pada waktu itu, informasi akan sesuatu sangat sulit untuk didapatkan, apalagi untuk ukuran pelajar seperti saya dengan uang jajan terbatas. Majalah-majalah yang khusus membahas mengenai komputer belum ada. Tidak kehilangan akal, saya harus mendapat informasi ataupun literatur tentang komputer secara GRATIS.. Itu pikiran saya pada saat itu. Seingat saya, koran Republika setiap hari kamis memuat empat lembar halaman yang khusus membahas mengenai komputer. Itu adalah kumpulan literatur saya yang pertama tentang komputer. Hal itu saya lakukan hingga tamat SMA. Dari situlah lembaran awal membuka cakrawala mengenai dunia komputer mulai terbuka. Memang betul bahwa informasi itu adalah jendela dunia. Selanjutnya saya mulai membeli buku-buku tentang komputer. Buku komputer pertama saya adalah “Up & Running With WordPerfect 5.1 for Windows” terbitan PT. Elex Media Komputindo, 1993. Kenapa harus buku itu? Karena salah satu aplikasi yang ter-install di komputer ayah saya adalah aplikasi tersebut.
Aplikasi WordPerfect adalah aplikasi pengolah kata (word precessor) seperti aplikasi Microsoft Word.
Tahun kedua (semester tiga) kuliah, akhirnya orang tua membeli lagi satu unit komputer untuk digunakan bersama saudara saya yang lain. Komputer jangkrik – istilah untuk komputer rakitan – itu dibeli di toko Makassar Perkasa Computer (MPC) di Jalan Harimau. Pak Benny, nama pemilik toko tersebut, begitu terkenal di kota Makassar periode sekitar tahun 1995 – 2000 sebagai salah satu toko komputer dengan harga bersaing. Tahun 1996 itu sudah memasuki era prosesor Pentium generasi kedua. Speed processor saya ketika itu -kalo tidak salah- 133 Mhz. Karena merasa telah mengerti ilmu komputer padahal baru ‘seujung kuku’ saya pun mulai mengutak-atik komputer. Harus bolak-balik ke Toko MPC untuk reinstall komputer karena kelakuan saya tersebut. Ongkos untuk reinstall sekitar Rp. 50.000,-. Nominal yang sangat besar untuk ukuran mahasiswa seperti saya. Pikir punya pikir, daripada harus mengeluarkan ongkos reinstall, saya pun mencoba belajar format komputer dan install Windows (ketika itu Windows 95 baru-baru di luncurkan). Berteman dengan Teknisi Komputer di toko tersebut adalah salah satu cara saya untuk ‘sedikit’ mencuri ilmunya.
Setelah mengumpulkan kliping koran, beli buku dan belajar install komputer, saya pun mulai mengoleksi CD (Compact Disc) aplikasi komputer (Warez – istilah untuk program bajakan. Pada saat itu memang belum ada kebijakan mengenai pembajakan software (KEBIASAAN INI JANGAN DITIRU). Koleksi CD pertama saya adalah installer CD CorelDraw 9. Isinya tiga keping CD. CD 1 – Installer Software, CD 2 – Images, CD 3 – Clip Art. Kebetulan karena saya punya beberapa koleksi CD Installer dan mengerti ‘sedikit’ mengenai permasalahan standar komputer, justru menjadi bisnis baru buat saya yaitu memperbaiki ataupun meng install kan koleksi aplikasi saya kepada teman-teman.
Setelah belasan tahun berlalu, perkembangan komputer begitu pesatnya. Hampir tiap saat, teknologi dan inovasi baru di dunia komputer di perkenalkan. Terlepas dari semua itu, kembali lagi kepada kita semua bagaimana memanfaatkan segala kemudahan dan kelebihan dari perkembangan di dunia komputer agar dapat digunakan bagi kemajuan dan kemaslahatan kita semua.
Wassalam.
No Comments