22 Mei Separuh Nafas di Komputer
Satu lagi kisah dari Yaszero, seorang bloger dengan ulasan-ulasan menarik. Ketergantungan pada komputer yang berasal dari paksaan kegiatan akademis, melalui tulisan ini tidak selamanya berakhir negatif.
Komputer adalah sebuah perangkat yang dapat mempermudah dan memperindah kehidupan kita. Maka tak salah mengambil judul di atas, separuh nafas saya ada di komputer. Saya sepertinya sulit mengingat kapan tahun pertama mengenal komputer. Namun, sepertinya kata “komputer” mulai masuk di benak saya saat zaman SD, awal tahun 1990-an. Komputer diperkenalkan lewat buku pelajaran dan media informasi (cetak maupun elektronik), walaupun saya belum pernah menyentuh fisik komputer.
Wujud komputer berupa gambar pertama kali saya lihat di buku pelajaran. Mungkin buku pelajaran Bahasa Indonesia antara kelas empat atau kelas lima SD sekitar tahun 1993-1994. Saat itu, tema pelajaran adalah soal teknologi mutakhir yang bernama “komputer”. Menurut guru, komputer adalah suatu alat yang dapat membantu manusia dalam hal menghitung dan mengetik, sebagai “kalkulator super canggih” dan mesin ketik canggih yang mampu menggantikan kalkulator konvensional dan mesin ketik manual selama ini. Sebatas itu saja, belum ada iming-iming fungsi komputer yang lain, menggambar atau mengirim data misalnya. Walaupun saya bersekolah di SMP dan SMA favorit di kota Makassar, tidak ada mata pelajaran komputer saat SMP ataupun SMA dulu, makanya saya tidak banyak tahu soal komputer di masa itu.
Wujud “asli” komputer pertama kali saya lihat di Laboratorium Bahasa saat SMA dulu, kelas dua SMA sekitar tahun 2000-an. Sayangnya, saya hanya bisa melihat fisik komputer dari luar laboratorium (lab). Pandangan pertama hanya lewat jendela, pintu lab ditutup rapat, komputernya pun entah dapat digunakan atau tidak. Menurut guru, komputer tersebut hanya bisa digunakan sesekali saja oleh yang ahlinya, untuk pelajaran Bahasa. Takutnya kalau sembarang orang yang memegang, komputer akan cepat rusak. Menurut saya, itu cuma alasan sang guru karena dia juga mungkin tidak mengerti menggunakan perangkat komputer.
Lalu kapan pertama kali saya memegang komputer? Saya lupa! Tapi sepertinya saat kepepet mengerjakan tugas ospek dulu. Saya lupa kapan, dimana, dan komputernya siapa. Yang jelas saat itu sudah ada yang namanya warnet untuk mengakses internet. Senior menyuruh mengakses internet selain buku untuk mencari informasi mengenai kesehatan untuk dibuatkan sebuah artikel. “Cari di internet, biar kalian juga mengerti internet!!”, katanya. Saat itu, awal masuk kuliah sekitar bulan Agustus tahun 2001. Mau tak mau, saya “terpaksa” menggunakan komputer, demi menyelesaikan tugas. “Daripada benjol!!”, batin saya.
Jadilah saya dengan “terpaksa” harus mempelajari komputer saat itu, namun syukurlah saya tak perlu menghafal bahasa-bahasa pemograman ataupun cara mengetik manual (tekan tombol control…….) yang harus dihafal diluar kepala. Saya langsung dimanjakan oleh program Microsoft Word, untuk sekedar mengetik. Yang mengajari saya lebih lanjut tentang komputer adalah sepupu yang baru lulus kuliah, awal tahun 2002-an lalu. Saya diajari mengetik dan menggambar. Sejak kecil, saya sangat senang menggambar dan mendesain, namun tetap saja fungsi mengetik adalah hal yang pertama saya gunakan.
Setelah belajar mengetik, saya kemudian belajar menggambar di komputer dengan WordArt MS Word ataupun dengan program Paint. Saya menikmati masa-masa awal perkenalan dengan komputer tersebut dengan mengetik dan menggambar, walaupun masih jarang berhubungan intim dengan komputer. Paling banyak saya “memegang” komputer dua minggu sekali.
Perangkat keras pertama yang saya gunakan adalah floppy disk. Sebagai penyimpan data, floppy disk berperan besar menyimpan data-data penting tugas kuliah. Tanpa floppy disk, saya tidak berani mengetik, takut data-datanya hilang di komputer. Selanjutnya, perkenalan tersebut semakin berkembang menjadi hobi, tepatnya hobi mengutak-atik perangkat lunak komputer, kalau mengutak-atik perangkat keras komputer hingga sekarang saya masih takut, takut komputernya rusak. Namun hobi komputer tersebut masih sebatas mengetik dan menggambar dengan versi yang lebih maju.
Saya paling sering berinteraksi dengan komputer saat menyusun skripsi tahun 2005, hampir tiap hari saya di depan komputer demi menuntaskan laporan penelitian skripsi. MS Word, MS Excel, dan SPSS adalah perangkat lunak yang tiap hari saya hadapi. Kadangkala saya juga menggunakan email untuk mengirim tugas. Komputer sepupu yang paling berjasa menyelesaikan skripsi saya, menjadikan saya seorang sarjana. Kalau saya senang utak-atik perangkat lunak komputer, sepupu saya senang dengan perangkat kerasnya sehingga komputernya sering dimodifikasi, ganti monitorlah, tambah memori lah, ganti ram lah, dan sebagainya hingga komputer rusak dengan sendirinya.
Interaksi saya dengan komputer semakin berkembang saat saya memiliki komputer sendiri di rumah tahun 2006 lalu. Semua file data tulisan, tugas, foto, dan video saya simpan di komputer. Jadilah komputer saya semacam diary penyimpan kenangan masa lalu kehidupan saya. Kalau komputer tiba-tiba hilang dan atau rusak, habislah saya. Tidak ada lagi kenangan tersebut yang tersimpan secara fisik. Selain menyimpan file penting, komputer juga memiliki peran penting dalam tugas keseharian saya saat ini. Semua data tugas laporan kerja saya olah dengan komputer. Belum lagi soal kecanduan saya berselancar di dunia maya, mengakses informasi terkini lewat internet. Di era Facebook dan Twitter ini, saya tak dapat membayangkan jika komputer tiba-tiba rusak atau hilang dicuri orang, mungkin saya akan terkena serangan jantung karena separuh nafas saya ada di komputer.
[yaszero]
No Comments