tanahindie | Tulis Saja Dulu Mumpung ‘Mood’!
308
post-template-default,single,single-post,postid-308,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-title-hidden,qode-content-sidebar-responsive,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12,vc_responsive

Tulis Saja Dulu Mumpung ‘Mood’!

“Kring…kring…kring!”

Suara nada dering di tengah suara air hujan atap di teras Kampung Buku.

“Kayaknya, deringan itu sangat akrab,” saya membatin.

Tergesa-gesa, kuraba-raba saku celana saya. Kiri dan kanan. Tapi tidak ketemu.

“Wah! Hape saya di mana?” sambil mencari-cari sumber suara deringan itu berada. Oh, ternyata telepon saya ada di bawah tumpukan secarik kerta di meja.

Segera saya ambil. Di layar tampak tulisan “Rumahka”, nama yang saya tuliskan untuk nomor telepon rumah saya.

“Ini pasti Haekal!” gumam saya. Saya melirik jam tangan yang menunjukkan  pukul 20 lewat 5 menit.

“Halo Ayah! Kenapa ki belum pulang?”, teriak Haekal. Anak laki-laki saya ini sudah memasuki usia 4 tahun empat bulan.

“Halo, iye Nak. Tunggu Ayah nah. Hujan di sini, Nak,” bujuk saya. Rupanya suara saya tidak terdengar jelas oleh Haekal.

“Halooo! Halo Ayah!” Suara Haekal semakin keras.

“Iye, Nak…” Suara saya perkeras mengimbangi suara hujan.

“Pulang maki! Mau sekali ma’ main-main!”

“Iye, Nak. Masih hujan di sini, Nak…”

“Bawa jaki mantel toh?!” katanya mengingatkan.

“Oh, iye Nak. Bawa. Tunggu sebentar nah?!”

“Iye…,” katanya dengan suara makin pelan.

Percakapan terhenti tanpa ucapan salam sama sekali.

Hmm, namanya anak-anak,” sambil memencet tombol merah di hape.

Sekali lagi saya tengok arloji. Pukul 20 lewat 10 menit.  Saya menccoba mengembalikan perhatian saya pada teman-teman yang sedang sibuk menyelesaikan tugas latihan menulis feature.

Tampak Idol dengan seriusnya menyimak setiap penjelasan dari Jimpe, fasilitator  yang mendampingi kami dari kemarin sampai malam Senin. Di samping mereka, tampak pula Abi dan Pai sedang membaca buku. Mungkin sedang mencari inspirasi atau sekadar cari bahan yang relevan dengan apa yang akan mereka tulis. Sementara di sisi lain, Luki dan Rappunk antusias di depan laptop masing-masing, menyelesaikan tugas diselingi tawa karena saling ledek.

Malam itu, setidaknya, dari peserta sudah mempunyai tema yang tertuang dalam bentuk tulisan.  Sambil menunggu giliran konsultasi dengan Jimpe hingga ke hal-hal teknis penulisan.

“Setidaknya sudah adami tulisan’ta malam ini. Pokoknya ketik saja dulu semua yang ada di pikiran. Nanti enak mi dilihat bagaimana alur dan tanda bacanya. Mumpung lagi mood!” kata Jimpe yang tidak bosan-bosanya menyemangati kami.

Malam itu, malam di hari ketiga dari lokakarya jurnalistik kelautan yang digagas oleh Ikatan Sarjana Kelautan (ISLA) Unhas. Lokakarya ini dilaksanakan dari tanggal 8 sampai 10 April 2011. Peserta 12 peserta. 

Di hari pertama, setidaknya ada 17 orang yang hadir. Proses di hari pertama difasilitasi Nurhady Sirimorok, anggota Komunitas Ininnawa, didampingi Ketua ISLA (Ikatan Sarjana Kelautan), Kamaruddin Azis. Di hari kedua, peserta melakukan pengumpulan data dan diskusi terkait materi yang diperoleh dari lapangan. Di sini, Nurhady tidak sendiri. Turut pula Jimpe mendampingi pelatihan hingga hari ketiga. Di hari ketiga, Amir PR, Manajer Media di Harian Tibun Timur hadir memberi masukan tentang penulisan di media cetak dan media online. (zatriawan@gmail.com)


No Comments

Post A Comment