18 Jan Zynga Poker, Raksasa Bermata 38 Juta Pasang
Pada Maret 2011, di kota judi dunia, Las Vegas, Pengembang game online Poker, Zynga menyelenggarakan PokerCon, turnamen poker live di Palms Casino. Itulah kali pertama Zynga mengadakan ajang tatap muka para penggemar Zynga Poker. Andrew Feldman, penulis dunia poker sekaligus editor ESPN.com, menyambut ajang ini dengan tulisan berjudul PokerCon makes debut this weekend, seraya menyebut Zynga Poker, “raksasa yang lama tidur itu kini terbangun”. Dan sebelum Maret 2011 itu, saya pernah merasakan cengkeraman jari-jari si raksasa ketika ia masih terpulas.
Tula, adik sepupu saya yang bermukim di Balikpapan, pernah tiga kali meminta saya membelikan chip, keping maya pengganti nilai uang dalam Poker sebenarnya. Itu ia lakukan pada 2009. Dana pembelian itu ia kirim lewat rekening bank saya. Chip ini merupakan komoditas yang diperdagangkan dalam permainan ini. Virus demam Poker rupanya menyeberang Selat Sulawesi sampai ke Kalimantan Timur. Kala itu, harga mencapai Rp 600.000 per satu juta chip. Menurut Tula, ia menjual chip itu lagi ke konsumen yang ada di kota-kota di Kalimantan Timur. Tula menjual setiap satu juta chip seharga Rp750.000-800.000.
Sepupu saya ini hanya salah seorang dari 38 juta pemain Zynga Poker sejagat. Tula tampaknya juga salah seorang dari 7,6 juta pemain yang berpartisipasi setiap hari dalam game dunia maya ini. Tiga tahun sejak peluncurannya, Zynga Poker menjadi situs poker terbesar dunia. Untuk versi mobile, permainan ini tersedia dalam 18 bahasa. Sedang versi internet biasa, Poker hanya tersedia dalam enam bahasa, yakni Inggris, Indonesia, Spanyol, Portugis, Turki, dan Prancis. Poker hanya salah satu dari game hits Zynga. Game Zynga hits lain yang bisa kita masukkan dalam hitungan adalah Mafia Wars. Poker, permainan multi pemain ini juga bisa dimainkan di Android, iPhone, MySpace, Tagged, dan Google+. Pada 18 Januari 2012, saya mencoba mengetik “poker, zynga” di kolom pencarian Google. Dalam waktu 0, 17 detik, situs pencari ini melacak ada 33.900.000 entri tentang permainan ini.
Dengan data seperti ini, saya tidak heran kalau kurun waktu dua tahunan lalu anak muda di kompleks yang saya tempati sehari-hari membuka percakapan dengan “Minta chipmu dulue!” atau “Berapa ‘M’ kau dapat tadi malam?”. Kode ‘M’ yang mereka maksud adalah kependekan ‘million’ (juta) chip. Kata ini bisa menjadi ukuran bahwa betapa banyak seorang pemain poker dapatkan dalam semalam. Bermain semalam masih menjadi tanda tanya bagi saya. Apakah kuat seorang bermain sampai memenangkan satu juta chip atau lebih. Dugaan saya, paling bisa dengan ‘memancing’.
Memancing di sini maksudnya memasang perangkap di satu unit komputer dan memecahkan sandi (password) akun alamat surat elektronik. Alamat dan sandi surel merupakan modal utama untuk masuk dalam akun jejaring sosial Facebook, situs penyedia layanan game online Poker. Wajarlah terjadi pembajakan akun FB. Bahkan seorang teman saya pernah kemasukan pembajak. Ulah sang pembajak tak terkendali. Kata-kata tak pantas meluncur dari kolom status akunnya.
Demam Poker merebak di Sulawesi Selatan. Virus ini menyebar nyaris bersamaan dengan perkembangan warung kopi yang memancarkan sinyal wifi gratis untuk para pelanggannya. Para pecandu Poker cukup memesan satu cangkir kopi susu seharga Rp8.000, mereka bisa terhubung dengan jaringan internet. Pelanggan yang memesan makan dan atau minum selalu diberi username dan password untuk masuk jaringan wifi warkop langganan mereka.
Saya mencoba menampik permintaan Tula ketika pertama kali ia meminta tolong saya untuk membelikan chip. Saya benci permainan ini. Tapi alasan ini saya simpan saja.
“Coba titip di temanmu yang lain di Makassar,” elak saya.
“Tidak ada, Kak. Tidak ada yang bisa dipercaya. Uangnya orang soalnya,” tanggap Tula.
Saya menyerah dan mengiyakan. Saya menyuruhnya mengirim ke nomor rekening saya.
Tula menelepon ke saya sejam kemudian. Menurutnya, transfer berhasil. Sudah bisa dicek. Dia memberi saya waktu dua hari mencari ‘2M’ atau dua juta chip.
Saya berhasil mendapatkan chip yang Tula butuhkan. Lokasinya tak jauh dari rumah saya. Rumah kedua samping rumah saya terdapat warnet. Di sana banyak pemuda kompleks yang menghabiskan malam-malam mereka bermain Poker di bilik-bilik. Mereka amat gaduh. Meski berseberangan bilik, mereka sewaktu-waktu mengonfirmasi pengiriman ke akun Facebook temannya di bilik yang lain. Di sana pula sering dua pemuda bernama Awal dan Asrul.
Awal, seorang pemuda bertubuh subur, masih berkuliah di STMIK Handayani Makassar ketika Poker meledak. Malah kabar terakhir beredar di perumahan, motor bebek hitam baru yang selalu ditumpangi ke mana-mana adalah uang hasil berjualan chip. Sedang saya mendapatkan chip untuk Tula dari Asrul. Asrul bertubuh kurus. Saya sering berpapasan dengan Asrul di siang atau sore dengan mata bengkak tanda lelaki berambut ikal itu baru bangun. Asrul berhasil mendapatkan saya sebanyak dua juta chip kurang lebih tiga hari kemudian. Ia segera mengirim kurir, seorang pemuda tanggung yang konon baru saja menghentikan sekolahnya karena sering begadang lantaran kecanduan Poker. Padanya saya menyerahkan dana Rp1,2 juta. Si anak tidak lupa meminta alamat email Tula.
Di tempat lain, 300 kilometer di utara Makassar, Toraja tepatnya, Poker seperti mainan baru selain sabung ayam yang memang jadi permainan rakyat yang selalu ada di daerah dataran tinggi di bagian utara Sulawesi Selatan ini. Malah ada warnet memasang spanduk, seperti “Warnet A: Browsing, Chatting, Poker”. Beberapa cerita beredar bahwa Poker seperti demam yang membuat kecanduan. Menurut seorang kawan saya, malah ada lelaki yang karena kecanduan Poker, meminta istrinya membawakan bekal di rantang untuk makan siang dan makan malam.
Entah benar atau sebaliknya, cerita lucu ini menjadi tanda bahwa Poker berhasil mengubah pola hidup masyarakat di banyak tempat. Soalnya, rata-rata pemain Poker hidup bagai kelelawar yang mencari makan di malam hari. Mereka tidur pagi hingga pukul tiga sore lantaran harus bergadang. Memainkan Poker lebih ‘afdol’ dengan arus internet deras mengingat bandwidth yang dibutuhkan sangat besar. Bandwidth besar amat diperlukan untuk tampilan grafis yang dinamis. Apalagi, ketika sudah ikut bermain di sebuah meja, seorang pemain hanya punya waktu 30 detik. Dengan arus bandwidth yang lambat, maka pemain dengan sendirinya menjadi stand up (tidak ikut main meski masih ada di dalam ruangan virtual tempat meja berada), layaknya seorang yang berdiri di ruangan Poker menyaksikan para pemain yang duduk suntuk menunggu kartu nasib lain terbuka.
“Bisa jadi juga, salah satu pemicu hepatitis yang diderita almarhum kawan saya tahun lalu adalah Poker. Karena Poker dia tidak tidur,” ungkap Barak tentang teman sejurusannya di Kelautan Unhas.
Untuk melakukan pengiriman (transfer) chip, kedua pemain hendaknya melakukan add buddy (sejenis permintaan pertemanan). Add buddy bisa memudahkan seseorang mencari di meja mana pemain yang menunggu kiriman chip sedang berada, yang dalam Poker dipakai untuk transfer jarak jauh dan mencari meja kosong. Transfer paling sering dilakukan pada pukul 23.00 dan setelahnya waktu Indonesia untuk menghindari banned (hukuman pengosongan chip). Karena perbedaan waktu di Eropa dan Amerika, pukul 24.00 di Indonesia berarti baru siang di negara-negara Eropa yang berarti meja virtual Poker masih banyak kosong.
Modus pengiriman pertama dengan cara all in stand up (mempertaruhkan seluruh chip si pengirim). Dalam meja poker, ini terhitung sebagai cara ‘lari’ pemain ketika taruhan dinaikkan oleh pemain lain. Muslihat ini leluasa menjadi cara transfer sampai tahun 2009, ketika Zynga belum menemukan celah ini. Setelah Zynga mendeteksi lalu memasukkan proses ini sebagai bentuk transfer ilegal, para pecandu Poker menemukan cara lain, yakni dengan bermain biasa dengan dua akun yang masing-masing memainkan raise (tambah taruhan) dan fold (tidak ikut). Kedua akun bermain taruhan besar sebagai cara mempercepat pengiriman. Belum lepas tahun 2009, cara ini pun terdeteksi radar Zynga. Tapi begitulah pelanggar, mereka selalu selangkah lebih di depan ketimbang peraturan karena selalu mencari siasat jitu untuk lolos. Pada 2010, para pedagang dan pembeli chip memainkan Poker lebih ‘normal’ lagi. Mereka bermain biasa dengan taruhan yang sedikit. Namun proses ini butuh waktu yang sangat lama. Entah bagaimana cara Zynga kemudian bisa menangkap kalau cara ini pun adalah cara di luar aturan. Cara terakhir yang jamak dipakai para pemain pada tahun 2011 adalah seorang pemain membuka dan bermain Zynga Poker memakai tiga akun atau lebih dalam satu meja. Tinggal membuka tab Google Chrome, Internet Explorer, Mozilla, atau Opera dalam satu komputer. Tapi ini juga, menurut kabar terakhir, sudah ketahuan oleh Zynga.
Akibat penangkalan Zynga terhadap banyaknya akal para pemain, chip-chip yang pernah diperdagangkan dari Makassar dan sekitarnya sampai menyeberang pulau seperti Kalimantan, kini entah berada di mana sekarang dan di tangan siapa gerangan.
Hanya satu yang pasti, ada satu rentang waktu di Makassar, ketika raksasa bernama Zynga Poker mencengkeram dan mempengaruhi hidup orang banyak. Saya membayangkannya sebagai makhluk megah bermata banyak seperti Argus Panopthes yang bermata seratus dalam mitologi Yunani. Tapi yang ini lebih dahsyat: makhluk gigantik bermata 38 juta pasang. [Anwar Jimpe Rachman]
No Comments